Senin, 29 September 2014

Cahaya Hidupku

Kemarin aku melupakanmu
Kemarin aku tak ingat kamu
Namun engkau tersenyum

Dan kini sampai akhir hidupku
Ku mohon jangan tinggalkan aku
Selalu dekat dengamu
Engkaulah segalanya

Rasa sesal tak pernah datang di awal
Ketika, ketika mata rasa dan kata sudah tak berguna
Teringat satu masa ketika aku terlupa
Terlupa akan cinta yang ada di dalam dada
Ku terpesona dengan wanita berbeda
Terpikat dengan sinar cahaya berbeda
Wanita lain yang belum tentu setia
Cahaya yang tidak akan bersinar lama

Tidak seperti sinarmu engkau wanita pujaan hatiku
Malu ku mengakui kesalahanku padamu
Jujur hati ini tak bisa tidur
Ku siapkan waktu berdua denganmu
Saat dimana tak bisa kuganti dengan hatiku
Cinta yang tlah kau beri tak dapat terganti
Hanya dengan untaian kata maaf dari hati ini
Kau cahaya hidupku

Kemarin aku melupakanmu
Kemarin aku tak ingat kamu
Namun engkau tersenyum

Aku adalah lelaki yang akan dibenci
Ketika ku sakiti hati wanita yang mengasihi
Dia beri hati kubalas dengan dusta
Dia beri cinta kubalas dengan luka
Aku terpesona dengan wanita berbeda
Terpikat dengan sinar cahaya berbeda
Wanita lain yang belum tentu setia
Cahaya yang tidak akan bersinar lama

Tidak seperti sinarmu engkau wanita pujaan hatiku
Malu ku mengakui kesalahanku padamu
Jujur hati ini tak bisa tidur
Ku siapkan waktu berdua denganmu
Saat dimana tak bisa kuganti dengan hatiku
Cinta yang tlah kau beri tak dapat terganti
Hanya dengan untaian kata maaf dari hati ini
Kau cahaya hidupku

Kemarin aku melupakanmu
Kemarin aku tak ingat kamu
Namun engkau tersenyum

Nyanyian Getir Tanah Air

Seringkali aku terjaga terusik dari tidurku
Sepertinya kudengar suara jeritan yang menyayat
Mungkin hanya mimpi yang tak punya makna
atau ini isyarat agar aku mulai bicara

Seringkali aku mencoba membenamkan kepalaku
Bersembunyi dari hiruk pikuk suara yang memilukan
Mungkin aku memang bodoh atau tak peduli
Percaya kegetiran tak selalu berbuah duka

Kusaksikan tangan kotor mulai mencengkeram
Tak ada siapa pun yang dapat mencegah
Orang-orang pandai hanya diam menonton
atau bahkan hanya saling menuding
Mulai kehilangan hasrat kemanusiaan,
mulai kehilangan akal kebersamaan,
mulai kehilangan rasa saling memiliki
Para pemimpin pun tak ada yang peduli

Mungkin aku memang bodoh atau tak peduli
Percaya kegetiran tak selalu berbuah duka

Kusaksikan tangan kotor mulai mencengkeram
Tak ada siapa pun yang dapat mencegah
Orang-orang pandai hanya diam menonton
atau bahkan hanya saling menuding
Mulai kehilangan hasrat kemanusiaan,
mulai kehilangan akal kebersamaan,
mulai kehilangan rasa saling memiliki
Para pemimpin pun tak ada yang peduli

Bahasa Matahari

Seringkali aku tak mampu menangkap
isyaratmu lewat cuaca
Matahari, ombak di laut
sering membisikkan
yang bakal terjadi

Kadangkala aku memilih berdusta
mengkhianati suara hati
Sesungguhnya kejujuran
dapat menangkal semua malapetaka
Mari kita mencoba bersahabat dengan alam,
bumi, langit dan matahari
Bahasa mereka kita pelajari
Tentunya dengan kalimat jiwa yang rahasia
Tuhan menghendaki kita pelihara
bumi beserta s'luruh isinya

Untuk itu kita harus memahami
bahasa matahari

Sesungguhnya aku tak mampu menjawab
ketika anakku bertanya,
"Kemanakah angin berhembus,
seberapa banyakkah tempat berteduh?"
Mari kita mencoba bersahabat dengan alam
bumi, langit dan matahari
Bahasa mereka kita pelajari
Tentunya dengan kalimat jiwa yang rahasia
Tuhan menghendaki kita pelihara
bumi beserta s'luruh isinya

Untuk itu kita harus belajar
bahasanya semak belukar
Untuk itu kita harus memahami
bahasa matahari

Bias Warna

Warna dalam gugusan alis mata
sering terbaca menyesatkan
Sementara di dalam bergejolak,
di luarnya justru seperti bisu

Biru membersitkan kasih yang tulus
Kadang ditafsirkan keliru
Pergumulan yang sengit dengan hidup
Memaksa kita sering pura-pura

Sapuan kuas, nyanyian puisi harus lahir
dari renungan, mengendap di jiwa
dan tuangkan sejujurnya
Rindu, dendam, kata hati
mesti diterjemahkan dalam bahasa yang jernih

Hitam menenggelamkan sisi gelap
Mata sering terpaksa berlagak buta

Sapuan kuas, nyanyian puisi harus lahir
dari renungan, mengendap di jiwa
dan tuangkan sejujurnya
Rindu, dendam, kata hati
mesti diterjemahkan dalam bahasa yang jernih
Marah, luka, duka jiwa
mesti ditumpahkan dengan suara lantang

 
Top